Spenda Juara
Gema Kemerdekaan Menyapu Debu Negeri

SMPN 2 Wanayasa kembali menghadirkan rangkaian persiapan perayaan yang berbeda dan sarat makna dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-80. Tahun ini, kegiatan tidak hanya berpusat pada seremoni peringatan, tetapi bersinergi dengan salah satu program unggulan Kabupaten Purwakarta, yaitu “ngosrek”.

Rangkaian persiapan ini mencerminkan integrasi yang indah antara semangat kemerdekaan dengan nilai-nilai luhur dari kegiatan kebersihan lingkungan. Tidak hanya sekadar membersihkan, tetapi juga menghidupkan kembali filosofi gotong royong yang menjadi ruh dari kemerdekaan itu sendiri.

Sejak memasuki jalan menuju SMPN 2 Wanayasa, warga sekolah akan disambut gapura megah yang berdiri kokoh. Gapura ini menjadi simbol penyatuan semangat Merah Putih dan “ngosrek”, menyampaikan pesan kuat bahwa kebersihan adalah bagian dari kemerdekaan.

Di tengah lengkung gapura itu, burung Garuda terukir gagah, sayapnya terbentang lebar seolah melindungi seluruh warga sekolah. Garuda tersebut menjadi pengingat akan cita-cita luhur bangsa yang harus terus dijaga.

Namun bukan hanya Garuda yang hadir di sana. Tertata rapi pula sapu lidi, “cetok”, dan “cecempeh”—alat-alat sederhana yang lekat dengan kehidupan masyarakat. Keberadaan benda-benda ini bukan kebetulan, tetapi mengandung pesan mendalam yang ingin diwariskan kepada para siswa.

Sapu lidi, misalnya, dipilih karena melambangkan persatuan. Batang-batang lidi yang kecil dan rapuh jika berdiri sendiri, akan menjadi kuat jika diikat bersama. Filosofi ini selaras dengan makna kemerdekaan yang diraih melalui persatuan seluruh elemen bangsa.

Lebih jauh lagi, sapu lidi dalam konteks “ngosrek” mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Kemerdekaan bukan hanya kebebasan dari penjajahan, tetapi juga kebebasan dari kotoran, kekumuhan, dan ketidakpedulian terhadap alam sekitar.

Sementara itu, "cetok" dan "cecempeh" menggambarkan kerja keras dan kedekatan dengan tanah. Mereka menjadi simbol bahwa kebersihan harus dijalani dengan tindakan nyata, bukan sekadar wacana.

Kegiatan ini tidak hanya menyajikan simbol, tetapi juga rangkaian aksi nyata. Para siswa bersama guru bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah dan area sekitar, membawa semangat “ngosrek” menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan.

Bendera merah putih berkibar di setiap sudut sekolah, namun di bawahnya terlihat para siswa memegang sapu, "cetok", dan "cecempeh". Perpaduan ini menciptakan pemandangan unik—di mana nasionalisme dan kepedulian lingkungan berjalan beriringan.

Kepala SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah bentuk pendidikan karakter yang nyata. “Kami ingin anak-anak memahami bahwa kemerdekaan itu dirawat. Dan salah satu bentuk merawatnya adalah menjaga kebersihan dan persatuan,” ujarnya.

Suasana terasa meriah namun sarat kesadaran. Lagu-lagu perjuangan berkumandang, diselingi gelak tawa para siswa yang saling melempar candaan sambil membersihkan lingkungan. Tidak ada sekat antara kegiatan dan edukasi, keduanya menyatu dalam satu napas.

Bahkan, beberapa warga sekitar ikut bergabung, membuktikan bahwa semangat gotong royong masih hidup di Wanayasa. Persiapan perayaan kemerdekaan di SMPN 2 Wanayasa tahun ini menjadi bukti bahwa sekolah mampu menjadi pusat gerakan sosial yang positif.

Di penghujung kegiatan, gapura yang dihiasi simbol-simbol tadi tampak semakin megah diterpa sinar mentari. Ia menjadi saksi bahwa kemerdekaan dapat dimaknai melalui tindakan sederhana namun penuh makna—seperti membersihkan, merawat, dan menjaga kebersamaan.

Persiapan perayaan kemerdekaan ke-80 di SMPN 2 Wanayasa bukan sekadar acara tahunan. Ia adalah pengingat bahwa di balik merah putih yang berkibar, ada sapu lidi, “cetok”, dan “cecempeh” - bagian dari kegiatan ngosrek- yang mengajarkan kita arti kemerdekaan bersamaan dengan filosofinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *