Spenda Juara
Ketika Santri Menyulam Doa di Langit Sekolah

Langit Wanayasa pagi ini tampak teduh. Seolah alam pun ikut bersujud dalam kesejukan makna Hari Santri yang diperingati oleh seluruh warga SMPN 2 Wanayasa. Hari yang penuh nilai spiritual ini menjadi ruang perenungan dan syukur, di mana setiap insan di sekolah tersebut menautkan hati pada perjuangan para santri terdahulu yang telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan bangsa.

Kegiatan Hari Santri di SMPN 2 Wanayasa berlangsung khidmat dan penuh semangat. Seluruh guru, tenaga kependidikan, dan siswa mengenakan busana nuansa putih dan sarung, melambangkan kesucian niat serta semangat perjuangan dalam menuntut ilmu. Doa dan lantunan shalawat menggema di halaman sekolah, menandakan dimulainya acara yang sarat makna religius.

Peringatan Hari Santri bukan sekadar seremonial. Di baliknya tersimpan sejarah panjang tentang perjuangan, keikhlasan, dan dedikasi para ulama serta santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Latar belakang penetapan Hari Santri diambil dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015. Keputusan ini menjadi penegasan bahwa santri memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Tanggal 22 Oktober dipilih karena berkaitan erat dengan peristiwa bersejarah Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945. Resolusi tersebut berisi seruan kepada seluruh santri dan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan kembali.

Seruan KH. Hasyim Asy’ari menjadi nyala api perjuangan yang tak pernah padam. Semangat jihad fi sabilillah itu kemudian menggerakkan gelombang perlawanan rakyat terhadap pasukan sekutu di Surabaya yang berpuncak pada peristiwa heroik 10 November.

Maka, setiap kali Hari Santri tiba, bangsa Indonesia diajak kembali menelusuri jejak perjuangan para ulama dan santri yang berjuang dengan ilmu, iman, dan ketulusan hati. Di SMPN 2 Wanayasa, semangat ini dihidupkan kembali melalui kegiatan yang menggabungkan nilai keagamaan, pendidikan, dan kebangsaan.

Seluruh warga sekolah memaknai Hari Santri sebagai momentum untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Nilai-nilai religius tidak hanya diajarkan di ruang kelas, tetapi juga dihidupkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

Para guru dan siswa bersama-sama bertekad untuk mengisi perjuangan para santri dengan pendidikan. Sebab, dalam konteks masa kini, menuntut ilmu adalah bagian dari jihad, perjuangan untuk memajukan bangsa dengan kecerdasan dan akhlak yang mulia.

Suasana di SMPN 2 Wanayasa pada peringatan Hari Santri tahun ini begitu hangat. Setelah upacara pembukaan, siswa-siswi melantukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dan penampilan hadroh yang menggugah hati.

Lantunan shalawat menggema dari para siswa yang tampil dengan penuh penghayatan. Setiap baitnya mengingatkan bahwa perjuangan bukan hanya dengan pedang, melainkan juga dengan doa dan keteguhan iman.

Kepala SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, dalam sambutannya menyampaikan pesan mendalam. Ia mengatakan bahwa setiap insan yang lahir ke dunia ini bukan tanpa maksud. “Kita terlahir bukan tanpa maksud, kita merupakan para pembuat sejarah,” tuturnya dengan penuh semangat.

Beliau juga menekankan bahwa sejarah tidak hanya tertulis di buku, tetapi juga di hati dan tindakan setiap manusia. “Mari jadikan Hari Santri ini sebagai momen bagi kita untuk terus meningkatkan keimanan, ketakwaan, serta kompetensi agar menjadi pribadi unggul pencipta sejarah,” lanjutnya.

Pesan tersebut menjadi refleksi bagi seluruh warga sekolah, bahwa perjuangan para santri di masa lalu harus diteruskan dengan perjuangan ilmu di masa kini. Santri masa modern tidak lagi mengangkat senjata, melainkan pena, pikiran, dan inovasi.

Kegiatan ini meneguhkan keyakinan bahwa pendidikan adalah jalan suci untuk melanjutkan perjuangan para ulama. Dalam setiap pelajaran, setiap bacaan, dan setiap amal, ada ruh keislaman yang menuntun untuk terus berbuat baik bagi agama, bangsa, dan negara.

Bagi keluarga besar SMPN 2 Wanayasa, Hari Santri bukan hanya hari peringatan, tetapi juga hari pembentukan karakter. Ia menjadi bagian dari tinta emas dalam filosofi pembangunan bangsa, dari masa kemerdekaan hingga masa depan yang gemilang.

Dengan semangat santri yang tak lekang oleh waktu, SMPN 2 Wanayasa berkomitmen melahirkan generasi beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Dari bumi Wanayasa, gema takbir dan semangat menuntut ilmu terus mengalun — menulis sejarah baru, dengan tinta iman yang abadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *