Pada sebuah pagi yang cerah di halaman SMPN 2 Wanayasa, siswa-siswa tampak sibuk dan antusias. Mereka tidak sedang terlibat dalam aktivitas olahraga atau belajar di kelas, melainkan berkumpul untuk melaksanakan sebuah projek istimewa. Projek kali ini mengambil tema yang begitu dekat dengan keseharian dan budaya lokal, yaitu membuat mainan khas daerah seperti egrang (jajangkungan), kincir (kolecer), dan layangan (langlayangan). Kegiatan ini merupakan bagian dari Projek Penguatan Profil Pancasila yang berfokus pada kolaborasi, kreativitas, serta kecintaan terhadap warisan budaya.
Dalam kegiatan tersebut, setiap kelompok siswa diberikan tugas untuk menciptakan satu jenis mainan tradisional. Dengan bahan-bahan sederhana seperti bambu, kertas, tali, dan kayu, mereka bekerja sama membangun mainan yang menjadi simbol keakraban masa lalu. Egrang, yang dikenal dengan istilah jajangkungan di daerah setempat, merupakan permainan yang mengajarkan keseimbangan dan keterampilan. Dalam proses pembuatannya, para siswa tidak hanya belajar tentang teknik konstruksi, tetapi juga tentang filosofi hidup sederhana yang terkandung di balik mainan ini.
Di sudut lain, beberapa siswa sedang sibuk merancang kincir angin atau kolecer. Angin yang berhembus lembut seakan memberi semangat kepada mereka untuk menyelesaikan proyek tersebut. Kolecer bukan hanya sekadar mainan, melainkan cerminan dari cara manusia beradaptasi dengan alam. Siswa-siswa diajak untuk menyadari bahwa setiap putaran kolecer mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan dalam kehidupan, sebagaimana sila-sila Pancasila yang mengajarkan harmonisasi antara manusia dan lingkungannya.
Layangan, atau yang dikenal dengan langlayangan di daerah Sunda, juga menjadi salah satu daya tarik dalam projek ini. Dengan kreativitas yang mengalir, siswa merangkai kertas warna-warni menjadi layangan yang indah. Filosofi dari layangan sendiri mengajarkan tentang kebebasan yang bertanggung jawab, di mana layangan terbang tinggi, namun tetap terikat oleh tali yang menghubungkannya dengan bumi. Ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab dalam kehidupan berbangsa.
Projek ini bukan hanya sekadar kegiatan membuat mainan. Melalui aktivitas ini, nilai-nilai Pancasila benar-benar dihayati oleh siswa. Dalam bekerja sama membuat jajangkungan, kolecer, dan langlayangan, mereka belajar tentang gotong royong, yang merupakan inti dari sila ketiga, Persatuan Indonesia. Siswa-siswa diajak untuk saling membantu, menghargai perbedaan, dan bekerja menuju tujuan yang sama.
Di samping itu, mereka juga merasakan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab saat masing-masing kelompok dituntut menyelesaikan mainan dengan ide dan kreativitas sendiri. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, tercermin ketika siswa-siswa berdiskusi untuk membuat keputusan bersama mengenai desain dan cara terbaik menyelesaikan proyek mereka.
Kegiatan ini juga memberikan ruang bagi siswa untuk menghargai budaya lokal, yang erat kaitannya dengan sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, di mana kebudayaan adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga. Mainan tradisional yang mereka buat bukan hanya sebatas permainan, melainkan simbol identitas bangsa yang mengajarkan mereka untuk bangga akan warisan budaya sendiri.
Dengan adanya projek ini, SMPN 2 Wanayasa berhasil menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui pendekatan yang kreatif dan menyenangkan. Para siswa tidak hanya memperoleh keterampilan praktis, tetapi juga mendapatkan pelajaran moral yang mendalam. Mereka belajar bahwa budaya adalah jati diri bangsa yang harus terus dilestarikan, sekaligus menjadi jembatan untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Pada akhir kegiatan, siswa-siswa dengan bangga menunjukkan hasil karya mereka. Jajangkungan berdiri tegak, kolecer berputar lembut ditiup angin, dan langlayangan menghiasi langit cerah Wanayasa. Karya-karya ini menjadi simbol nyata dari keberhasilan Projek Penguatan Profil Pancasila di SMPN 2 Wanayasa, yang tak hanya mengasah keterampilan, tetapi juga menumbuhkan kecintaan terhadap budaya dan nilai-nilai luhur Pancasila.