SMPN 2 Wanayasa kembali menjadi wadah bagi para pendidik untuk mendalami langkah-langkah menuju peningkatan kualitas pendidikan melalui workshop bertajuk "Implementasi Kurikulum Merdeka: Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Bahan Ajar dan Asesmen Berbasis Literasi Numerasi." Kegiatan ini menggambarkan sebuah kesadaran mendalam akan pentingnya adaptasi di era digital, di mana sistem pendidikan terus bergerak menuju arah yang lebih modern dan terintegrasi dengan teknologi.
Dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Ibu Sadiah, M.Pd., acara ini menjadi momentum reflektif bagi para guru untuk merenungkan peran mereka dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa pendidikan tidak bisa terlepas dari perubahan yang terjadi di masyarakat. "Hari ini, kita hidup dalam era di mana segala aspek kehidupan terhubung dengan sistem elektronik dan digital. Sebagai pendidik, kita tidak boleh tertinggal oleh perkembangan ini. Kita harus memahami dan mampu beradaptasi, agar bisa tetap relevan dalam proses pendidikan," ujar beliau.
Lebih jauh, beliau mengingatkan tentang pentingnya memahami sistem administrasi yang sesuai dengan regulasi pemerintah. Dalam pandangan beliau, aturan bukan sekadar batasan, melainkan pijakan filosofis yang membantu pendidikan bergerak dalam kerangka yang tepat. Pemahaman mendalam mengenai regulasi adalah bentuk penghormatan pada hukum, yang sejalan dengan tugas pendidik sebagai penjaga nilai-nilai kebenaran dalam pendidikan.
Tidak hanya itu, Ibu Sadiah juga mendorong SMPN 2 Wanayasa untuk terus meningkatkan kualitasnya dengan mengaplikasikan program Sekolah Penggerak. Menurut beliau, sekolah yang bergerak adalah sekolah yang sadar akan tanggung jawabnya, tidak hanya sebagai lembaga pengajaran, tetapi sebagai institusi yang menggerakkan perubahan sosial melalui pendidikan yang bermutu.
Beliau juga menyinggung tentang pentingnya Asesmen Nasional sebagai bentuk evaluasi mendalam terhadap kualitas pembelajaran. “Asesmen ini bukan semata-mata penilaian, tetapi sebuah proses reflektif yang memaksa kita untuk melihat diri dan kinerja kita sebagai pendidik. Melalui asesmen, kita bisa menilai apakah pendidikan yang kita berikan sudah benar-benar menyentuh kebutuhan siswa,” tambah beliau.
Gerakan sekolah sehat dan pendidikan inklusif, dalam pandangan Ibu Sadiah, adalah dua pilar penting yang harus dipegang oleh setiap sekolah. Kesehatan fisik dan mental siswa menjadi fondasi bagi proses belajar yang efektif, sedangkan pendidikan inklusif adalah manifestasi dari komitmen kemanusiaan yang menghargai perbedaan dan memberikan ruang bagi semua siswa untuk berkembang sesuai potensinya.
Kepala SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kehadiran Ibu Sekdis. Dalam pidatonya, Asep mengakui bahwa apa yang disampaikan oleh Ibu Sadiah adalah bentuk motivasi yang akan menjadi bahan refleksi bagi seluruh warga sekolah. "Kehadiran Ibu Sekdis menjadi sebuah pencerahan bagi kami. Arahan dan bimbingannya akan menjadi panduan kami dalam melanjutkan misi pendidikan di SMPN 2 Wanayasa,” ungkapnya.
Drs. Asep Tata Sonjaya juga berbagi tentang filosofi kepemimpinannya di SMPN 2 Wanayasa. Baginya, membangun sekolah bukanlah sekadar menjalankan tugas sehari-hari, tetapi menciptakan sistem yang berkelanjutan. "Selama ini, saya selalu berusaha memperkuat sistem yang ada di sekolah. Sistem ini dibangun bukan untuk saya pribadi, melainkan untuk sekolah ini. Tugas saya adalah memastikan bahwa setiap individu di sekolah ini menjalankan perannya dengan baik dalam sistem ini," ujarnya dengan penuh perenungan.
Ia berharap bahwa sistem yang telah dibangunnya dapat menjadi warisan berharga bagi sekolah. Dalam pandangannya, sistem yang kuat adalah bentuk dedikasi yang nyata, yang akan terus hidup bahkan setelah dirinya tidak lagi menjabat sebagai kepala sekolah. “Saya berharap, siapa pun yang menggantikan saya kelak, sistem ini akan terus berjalan dengan baik. Sistem inilah warisan terbesar yang saya berikan kepada sekolah ini,” tutupnya dengan bijak.
Dengan adanya workshop ini, guru-guru SMPN 2 Wanayasa semakin dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan pendidikan masa depan. Mereka tidak hanya dituntut untuk menguasai kurikulum, tetapi juga memahami esensi filosofis dari peran mereka sebagai penggerak perubahan. Di balik setiap kebijakan dan aturan, tersirat misi luhur untuk membentuk generasi yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter.
Workshop ini mengingatkan bahwa pendidikan bukanlah sekadar proses transfer ilmu, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk menciptakan generasi yang unggul, yang mampu menghadapi tantangan zaman dengan kepala tegak dan hati yang lapang.