Dalam suasana yang penuh semangat dan dedikasi, SMPN 2 Wanayasa kembali menyelenggarakan workshop yang mengusung tema besar implementasi Kurikulum Merdeka. Kegiatan ini merupakan refleksi dari upaya sekolah untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran, menyelaraskan setiap langkah dengan kebutuhan zaman dan karakter siswa. Pada kesempatan ini, salah satu sosok yang memberikan pencerahan ialah pengawas Bina SMPN 2 Wanayasa, Ibu Indah Rizki Aprianti, M.Pd., yang menjelaskan secara mendalam mengenai pembelajaran diferensiasi dan implementasi kompetensi sosial emosional (KSE).
Mengawali penjelasannya, Ibu Indah menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, melainkan juga tentang membentuk manusia seutuhnya. "Pembelajaran diferensiasi adalah jantung dari Kurikulum Merdeka," ujar beliau dengan penuh semangat. "Setiap siswa memiliki potensi unik yang menunggu untuk dibangkitkan, dan tugas kita adalah menciptakan ruang bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya."
Penjelasan mengenai pembelajaran diferensiasi membawa guru-guru pada pemahaman bahwa pembelajaran bukan lagi berbasis satu ukuran untuk semua. Ibu Indah menggambarkan bagaimana pendekatan ini, jika diterapkan dengan tepat, mampu mendongkrak hasil belajar siswa. "Seperti halnya alam yang memberi ruang bagi setiap jenis pohon untuk tumbuh dengan caranya masing-masing, demikian pula pendidikan harus mengakomodasi perbedaan setiap individu."
Namun, pembelajaran diferensiasi bukanlah satu-satunya unsur penting dalam Kurikulum Merdeka. Ibu Indah kemudian membahas Kompetensi Sosial Emosional (KSE), aspek yang sering kali luput dari perhatian. Dengan nada yang mendalam, ia menegaskan bahwa pendidikan yang baik harus mampu membangun keseimbangan antara kecerdasan akademik dan kecerdasan emosional. "Jika kita mengabaikan aspek sosial dan emosional, maka kita hanya mencetak mesin, bukan manusia."
KSE, menurut Ibu Indah, bukanlah sekadar teori belaka, melainkan kunci penting dalam menciptakan pembelajaran yang lebih manusiawi. Guru-guru pun mendapatkan pengalaman baru tentang bagaimana KSE dapat diterapkan dalam kelas sehari-hari, bagaimana ia berfungsi untuk meningkatkan empati, kepedulian, dan kebersamaan dalam lingkungan belajar. "Ketika seorang siswa merasa dipahami, hasil belajarnya akan melesat," tambah beliau dengan keyakinan.
Selama sesi tersebut, guru-guru SMPN 2 Wanayasa diajak untuk merenungkan, apakah selama ini mereka telah cukup memberikan ruang bagi perkembangan emosional siswa. Dalam diskusi yang hangat, beberapa guru berbagi pengalaman bahwa memahami emosi siswa memang sering kali menjadi tantangan tersendiri. Namun, mereka menyadari pentingnya aspek ini setelah mendengar penjelasan Ibu Indah.
Workshop tersebut tidak hanya menjadi forum diskusi, melainkan juga tempat untuk memperdalam kesadaran akan tanggung jawab sebagai pendidik. Pengalaman baru yang didapat dari sesi ini membuka wawasan bahwa setiap keputusan dalam pembelajaran memiliki dampak yang jauh melampaui hasil akademik. "Setiap tindakan kita di kelas adalah sebuah kebijakan pendidikan," ucap Ibu Indah menutup sesinya, mengingatkan bahwa guru adalah arsitek masa depan.
Di akhir kegiatan, para guru tidak hanya pulang dengan pemahaman teknis, tetapi juga dengan pemahaman baru tentang pendidikan. Pembelajaran diferensiasi dan KSE kini bukan lagi konsep teoretis, melainkan sebuah jalan untuk membentuk generasi yang lebih baik, yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana. Workshop ini menjadi landasan bagi SMPN 2 Wanayasa untuk terus bergerak menuju pendidikan yang lebih bermakna, menyentuh sisi terdalam kemanusiaan.
Kepala SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kontribusi Ibu Indah serta seluruh tim pengajar yang terus berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan. Beliau berharap semangat yang tercipta dari kegiatan ini dapat menyebar ke seluruh komunitas sekolah, membawa dampak nyata pada hasil belajar siswa dan kualitas kehidupan mereka.