Spenda Juara
Home
“Menyalakan Lentera Pengetahuan: Dari Seremonial Menuju Transformasi Pendidikan”

Dalam penutupan kegiatan workshop implementasi Kurikulum Merdeka di SMPN 2 Wanayasa, Drs. Asep Tata Sonjaya, kepala sekolah yang penuh dedikasi, menyampaikan pesan dan kesan yang mendalam. Ia memulai dengan ungkapan rasa syukur, bukan hanya karena kegiatan ini berlangsung dengan baik, tetapi juga karena setiap individu yang terlibat telah berkontribusi penuh dengan hati dan pikirannya. Baginya, keberhasilan workshop ini bukanlah sekadar hasil dari kerja keras manusia, tetapi adalah tanda bahwa ilmu pengetahuan, ketika dipelajari dan diajarkan dengan ketulusan, akan membuahkan hasil yang bermanfaat bagi banyak orang.

Di hadapan seluruh guru yang hadir, beliau menyampaikan terima kasih kepada ibu Sadiah, M.Pd., Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, yang telah membuka acara dengan pemaparan yang mencerahkan. Tidak lupa pula ia berterima kasih kepada Bapak Kasi GTK, yang turut memberikan arahan terkait pengembangan tenaga kependidikan, serta kepada Ibu Indah Rizki Aprianti, M.Pd., pengawas bina SMPN 2 Wanayasa, yang memberikan pencerahan terkait pembelajaran terdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. Setiap elemen ini, kata beliau, adalah seperti bagian dari sebuah simfoni, yang bila dimainkan bersama akan menciptakan harmoni dalam pendidikan.

Namun, kepala sekolah ini tidak sekadar berbicara tentang penghargaan dan terima kasih. Beliau menyentuh sesuatu yang lebih mendalam: esensi dari sebuah pembelajaran. Menurutnya, sebuah workshop, seminar, atau pelatihan hanyalah permulaan dari perjalanan panjang dalam dunia pendidikan. "Ilmu yang telah kita serap di sini," ujarnya, "adalah bahan bakar yang akan menyalakan api pengetahuan lebih besar di dalam diri kita dan para siswa. Tetapi ingat, api ini harus dijaga agar tetap menyala dan tidak padam oleh rutinitas dan keterbatasan."

Beliau melanjutkan dengan menekankan pentingnya praktik nyata. "Kita sering terjebak dalam keindahan acara-acara seperti ini, namun yang terpenting adalah dampaknya terhadap kehidupan nyata, terutama di dalam kelas." Baginya, workshop ini bukanlah sekadar seremonial yang berakhir begitu acara selesai. Justru, ia mengajak seluruh guru untuk merefleksikan setiap pengetahuan yang telah diperoleh dan menerapkannya dengan sungguh-sungguh di ruang-ruang kelas. Karena di situlah pendidikan sejati hidup, di mana anak-anak belajar, tumbuh, dan berkembang melalui bimbingan guru.

Asep Tata Sonjaya juga menyoroti literasi dan numerasi sebagai fondasi yang harus diperkuat. "Kompetensi literasi dan numerasi bukanlah sekadar kemampuan dasar," katanya, "tetapi adalah kunci untuk membuka berbagai pintu pengetahuan lain." Ia berharap, dengan meningkatnya kompetensi guru, kemampuan literasi dan numerasi siswa SMPN 2 Wanayasa juga akan meningkat secara signifikan. "Setiap buku yang dibaca, setiap soal yang dikerjakan, adalah langkah kecil menuju peradaban yang lebih tinggi."

Dalam suasana yang hening, beliau menutup dengan pesan yang filosofis, bahwa pendidikan bukan hanya tentang transmisi pengetahuan, tetapi tentang transformasi jiwa. “Kita bukan hanya mengajarkan anak-anak untuk menjadi cerdas, tetapi kita mempersiapkan mereka untuk menjadi manusia yang bijaksana,” ujarnya dengan suara yang lembut namun penuh makna. Baginya, tujuan akhir dari pendidikan adalah membentuk manusia yang utuh, yang mampu berpikir, merasa, dan bertindak dengan kebijaksanaan.

Ia mengakhiri pesannya dengan mengajak seluruh pihak untuk terus bekerja sama, saling mendukung, dan berinovasi. "Kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri," ujarnya. "Kita tidak bekerja hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan yang belum kita lihat." Sebagai penutup, beliau mengajak semua guru dan stakeholder untuk terus menghidupi semangat belajar yang tanpa henti, karena dalam dunia pendidikan, berhenti belajar berarti berhenti hidup.

Dengan senyum penuh harapan, ia meninggalkan podium, memberikan keyakinan bahwa apa yang dimulai hari ini akan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar di masa depan. Sebuah harapan yang dibangun di atas landasan yang kokoh, yakni pengetahuan yang diperoleh dengan cinta, disebarkan dengan kasih, dan diterapkan dengan kebijaksanaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *