Di tengah hamparan hijau yang terhampar luas, di mana pepohonan menari lembut dibelai angin, terdapat sekelompok siswa SMPN 2 Wanayasa. Mereka, dengan sepeda yang berkilau seperti harapan yang baru tumbuh, berangkat menuju sekolah. Setiap pagi, ketika mentari mengintip malu dari balik awan, suara tawa dan canda mereka menggema di sepanjang jalan setapak, seolah menyanyikan lagu kebahagiaan.
Dalam perjalanan mereka, para siswa tidak sekadar menempuh jarak; mereka menciptakan kisah-kisah tak terlupakan. Hembusan angin yang menyejukkan menyatu dengan suara roda sepeda yang berputar, menciptakan simfoni indah yang menggetarkan jiwa. Setiap gerakan sepeda seakan mengikat erat tali persahabatan, memperkuat jalinan antara hati yang bersatu dalam kebersamaan.
Saat matahari mulai tenggelam, perjalanan pulang menambah kehangatan suasana. Di bawah langit jingga yang memukau, mereka berbagi cerita—tawa meledak, kegembiraan meluap. Setiap detik menjadi berharga, seperti untaian permata yang menghiasi hari mereka. Di sinilah, keakraban tumbuh subur, mengubah teman sekelas menjadi sahabat sejati, satu jiwa dalam dua raga.
Mereka menamakan diri "Sepeda Ceria," seolah melukiskan keceriaan yang terpancar dari wajah-wajah mereka. Dalam kelompok ini, setiap individu adalah cahaya yang menerangi jalan satu sama lain, saling mendukung dalam liku-liku perjalanan. Di tengah pelajaran dan ujian, mereka menemukan kebahagiaan dalam berbagi dan berkolaborasi, membangun kepercayaan yang mengakar dalam diri masing-masing.
Tak hanya bersepeda menuju sekolah, mereka pun mengadakan perjalanan ke tempat-tempat menawan di sekitar Wanayasa. Dalam petualangan ini, mereka menyusuri jalan setapak, menyaksikan keindahan alam yang menawan. Setiap jejak sepeda menjadi saksi bisu atas pengalaman-pengalaman indah yang memperkuat hubungan persahabatan, membangun kenangan yang takkan pudar oleh waktu.
Menyadari pentingnya lingkungan, "Sepeda Ceria" menjadi pelopor kesadaran akan kebersihan. Setiap perjalanan mereka diwarnai dengan komitmen menjaga alam, memastikan keindahan bumi tetap lestari. Di tengah tawa dan canda, mereka menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan, merangkul alam dengan penuh rasa syukur.
Dukungan dari guru-guru pun menyemarakkan semangat mereka. Dalam suasana yang harmonis, mereka menemukan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Hubungan yang terjalin antara siswa dan guru bak simfoni indah yang saling melengkapi, menjadikan sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga rumah kedua yang penuh cinta.
Dalam harmoni bersepeda, para siswa SMPN 2 Wanayasa membuktikan bahwa keindahan sederhana dapat menghidupkan jiwa. "Sepeda Ceria" bukan sekadar istilah; ia melambangkan persahabatan yang abadi, kesehatan yang terjaga, dan cinta kepada alam. Inilah kisah indah yang terukir dalam jiwa setiap insan, menjadikan perjalanan sekolah mereka sebagai sebuah puisi yang tak lekang oleh waktu.